Lombok Barat, dialogmandalika.com (12/09) - Makan Bergizi Gratis (MBG) salah satu program unggulan yang digaungkan Pemerintah Pusat saat ini. Program ini tidak sekedar diharapkan memberikan asupan gizi buat anak-anak Indonesia, namun diyakini menjadi penggerak ekonomi masyarakat.
Seperti halnya di Lombok Barat, program MBG diharuskan mampu menjadi penggerak ekonomi di daerah.
"Kita sudah kumpulkan semua pengelola SPPG. Kita ingin agar mereka memprioritaskan bahan baku dari petani dan peternak kita. Jangan semua bahan baku didatangkan dari luar Lombok Barat," tegas Bupati Lombok Barat, H. Lalu Ahmad Zaini saat dikunjungi oleh Deputi V Bidang Inkom Kementerian Koordinator Bidang Politik dan Keamanan RI.
Menurut pria yang biasa dipanggil LAZ itu, jika SPPG melalui para ahli gizinya menetapkan salah satu menu dalam MBG, misalnya buah atau sayuran, maka harusnya jangan terlalu kaku pada satu jenis saja.
"Misal ada keharusan buah atau sayuran, kenapa harus brokoli atau buah pir? Kan bisa saja buah pisang atau jeruk? Jika harus sayuran, kan kangkung bayam juga sayuran? Intinya pihak SPPG jangan membuat itu menjadi keharusan. Itu kan alternatif?," tanya LAZ.
Di kesempatan yang sama, Deputi Bidang Inkom Kemenko Polkam yang hadir juga sepakat bahwa MBG dapat menjadi program untuk menggerakkan ekonomi lokal.
"Kita di pusat pun memiliki pemikiran yang sama. Kita ingin MBG bisa menumbuhkan kreativitas perekonomian masyarakat," terang Deputi Bidang Inkom, Eko D. Indarto.
Kehadiran Eko D. Indarto di Lombok Barat memang ingin menelusuri perjalanan program MBG.
"Kita hadir memang ingin mendapatkan masukan untuk bisa dilakukan harmonisasi program oleh lembaga teknis dalam hal ini BGN (Badan Gizi Nasional).
Dalam kunjungannya di Lombok Barat, Eko D. Indarto didampingi oleh Asisten 1 Bidang Pemerintahan dan Kesra H. Saepul Akhkam, Kepala Dinas Koperasi UMKM Baiq Mustika, Kabag Ekonomi Setda Lombok Barat Abu Bakar, Sekretaris Dinas Kesehatan Erni Suryana, dan beberapa staff lainnya.
Mereka menyaksikan pembagian MBG di SMKN 1 Lingsar. Ada 1.052 siswa yang menikmati MBG di sekolah tersebut. Kunjungan itu menghasilkan beberapa catatan buat sekolah penerima MBG, para siswa, pengelola SPPG, dan bahkan BGN. Salah satu catatan pentingnya adalah penyediaan air minum. Jika diserahkan ke para siswa dengan membawa tambler untuk isi ulang air minum, rombongan Deputi Bidang Inkom merasakan tidak efektif karena kenyataannya semua siswa tidak memiliki air minum.(RN-006)
Comments0