Mungkin Karena Anak-anak Kurang Suka Roti dan Sayur, Jadi Masih Banyak Yang Tidak Dimakan
Lombok Barat, dialogmandalika.com (03/10) - Puluhan ompreng Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi mubazir karena tidak disantap habis oleh para siswa. Hal itu ditemukan saat Satuan Tugas (Satgas) untuk Koordinasi dan Percepatan MBG Kabupaten Lombok Barat mengunjungi SDN 1 Telagawaru Kecamatan Labuapi, Jum'at (3/10/2025).
Menu yang disajikan oleh salah satu yayasan pengelola SPPG adalah roti tawar dengan saus tomat kemasan, plus sepotong ayam fillet dengan sayur kacang dan buncis rebus.
"Dari ratusan ompreng yang menjadi jatah sekolah itu, baru lima puluh persen yang dibagikan. Mungkin karena anak-anak kurang suka roti dan sayur, jadi masih banyak yang tidak dimakan," ujar Kepala Bidang Pembinaan SD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Barat, Heny Murdiati saat berkunjung ke sekolah tersebut.
Di kesempatan yang sama, Sekretaris Daerah Kabupaten Lombok Barat, H. Ilham berharap para guru bisa mengambil peran untuk memantik selera anak dalam menyantap MBG.
"Di situ peran para guru agar memberikan edukasi gizi kepada anak-anak agar mau menyantap makanan, terutama sayur mayur karena kandungan gizi dalam sayuran sangat tinggi," ujarnya.
Sebelumnya Ketua Satgas MBG Lombok Barat, H. Saepul Akhkam saat mengunjungi SPPG tersebut memang mensinyalir bahwa makanan yang disajikan akan kurang menggugah selera anak-anak.
"Bagaimana anak-anak mau menikmati MBG jika menunya seperti itu? Harusnya pihak SPPG tidak hanya menggugurkan kewajiban dengan hanya memperhitungkan aspek kandungan gizi. Ngapain bergizi jika tidak dimakan? Mubazir," ketusnya
Untuk itu Akhkam menghimbau agar pihak SPPG melakukan pengecekan terhadap penerimaan para siswa terhadap MBG yang disuguhkan. Lebih khusus lagi ke pihak sekolah, Akhkam menyarankan agar limbah makanan dikembalikan kepada pihak SPPG.
"Biar mereka tahu MBGnya tidak dimakan karena tidak disuka," ujarnya.
Kejadian itu sangat berbeda dengan kondisi di SDN 2 Montong Are. Di tempat itu, MBG yang disajikan disantap dengan lahap oleh para siswa. Saat itu SPPG yang menjadi penyedia menyajikan nasi putih dengan lauk sayur, ayam kecap, dan susu.
Terkait dengan proses mengolah makanan, Sekretaris Daerah mewanti-wanti pihak SPPG agar memperhatikan durasi waktu saat makanan siap disajikan.
"Kemenkes punya SOP. Tidak boleh makanan itu tidak dimakan paling lama 3 jam. Jadi SPPG harus memperhatikan itu. Jangan sampai karena terlalu lama di makan sejak matang, justru bisa terkontaminasi," tegas H. Ilham.
Berdasarkan pengalaman keracunan di beberapa sekolah lainnya, imbuh Ilham, makanan bisa jadi basi atau ada bakteri yang masuk ke Makanan.
"Dua hari yang lalu, Satgas menerima laporan. Ada sebuah madrasah yang menerima MBG di makanan belatung, baik di nasi maupun ayam yang akan dimakan oleh anak-anak. Untungnya disadari dari awal. Bagaimana kalau tidak? Bagaimana kalau berakibat fatal bagi anak-anak," ujarnya tinggi.
Dalam kesempatan Satgas di hari ini mengunjungi 3 dapur SPPG dan 2 sekolah penerima. Selama kunjungan itu, ada 2 SPPG beroperasi seperti biasa dan 1 SPPG yang berhenti sementara.
"Kita akan rutin sidak SPPG dan berkunjung ke sekolah. Kita ingin semua SPPG bertanggung jawab atas MBG yang disajikannya. Program ini sangat mulia. Jangan sampai salah prosedur dan berakibat fatal bagi anak-anak yang menjadi sasaran MBG ini," pungkas Ilham. (RN-006)
Comments0