Lombok Timur, dialogmandalika.com (6/11) – Udara pagi yang sejuk menyelimuti halaman Polres Lombok Timur saat ratusan personel dari berbagai instansi berbaris rapi mengikuti Apel Kesiapan Tanggap Darurat Bencana, Rabu (5/25).
Bertindak sebagai inspektur upacara, Kapolres Lombok Timur AKBP I Komang Sarjana, S.I.K., S.H. memimpin langsung jalannya apel yang digelar serentak di seluruh Indonesia tersebut.
Apel ini menjadi momentum penting untuk memastikan kesiapan personel dan sarana prasarana dalam menghadapi potensi bencana di wilayah Lombok Timur dan sekitarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Kapolres membacakan 8 Amanat Kapolri yang berisi pesan tentang sinergi, kesiapsiagaan, dan tanggung jawab kolektif seluruh pihak dalam menghadapi bencana alam.
Apel dihadiri oleh jajaran Forkopimda Lombok Timur, antara lain Bupati Lombok Timur, Dandim 1615, Wakapolres, Danki 3 Yon B Satbrimob Polda NTB, serta para pejabat utama (PJU) Polres Lombok Timur. Hadir pula Kasat Pol PP, Kepala Dinas Perhubungan, Kepala Dinas Pemadam Kebakaran, Kalakhar BPBD, dan Danpos Basarnas Pos Kayangan, bersama para undangan lainnya.
Kehadiran berbagai unsur tersebut menunjukkan komitmen kuat lintas lembaga untuk bersatu dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana.
“Apel ini bukan sekadar seremonial, melainkan langkah nyata mengecek kesiapan personel dan sarana pendukung penanggulangan bencana,” tegas Kapolres AKBP I Komang Sarjana.
“Melalui apel ini, kita pastikan setiap elemen siap bersinergi secara sigap, cepat, dan tepat.”
Dalam amanat Kapolri yang dibacakan, disampaikan bahwa bencana alam merupakan tantangan global. Laporan UNDRR 2025 mencatat lebih dari 124 juta jiwa terdampak bencana setiap tahun di seluruh dunia.
Sementara World Risk Index 2025 menempatkan Indonesia di posisi ke-3 negara paling rawan bencana karena berada di jalur Ring of Fire (Cincin Api Dunia).
Data BNPB per 19 Oktober 2025 menunjukkan telah terjadi 2.606 bencana di Indonesia, terdiri dari:
1.289 banjir, 544 cuaca ekstrem, 511 kebakaran hutan, 189 tanah longsor, 22 gempa bumi, dan 4 erupsi gunung berapi.
Dampaknya, 361 orang meninggal dunia, 37 hilang, 615 luka-luka, dan lebih dari 5,2 juta jiwa mengungsi, disertai kerusakan pada 31.496 rumah dan 887 fasilitas umum.
“Dampak bencana tidak hanya kerugian material, tetapi juga trauma dan hilangnya rasa aman masyarakat,” ujar Kapolres.
Kapolres juga menyampaikan peringatan dari BMKG, bahwa hingga awal November 2025, sekitar 43,8% wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan, dengan puncak pada November 2025 hingga Januari 2026.
Fenomena La Niña lemah diprediksi berlangsung hingga Februari 2026 dan berpotensi meningkatkan curah hujan di atas normal, terutama di wilayah selatan Indonesia, termasuk NTB.
Kondisi ini berpotensi menimbulkan bencana banjir, longsor, angin puting beliung, dan gelombang tinggi. Karena itu, sinergi antar instansi menjadi faktor penting dalam memperkuat sistem tanggap darurat.
Dalam amanat yang dibacakan Kapolres Lombok Timur, terdapat delapan penekanan penting Kapolri yang menjadi pedoman seluruh jajaran:
1. Deteksi dini dan pemetaan wilayah rawan bencana secara berkelanjutan.
2. Penyampaian informasi potensi bencana secara cepat dan akurat.
3. Kesiapan personel, sarana, dan logistik selalu dalam kondisi siaga.
4. Pelaksanaan simulasi tanggap darurat secara rutin.
5. Kecepatan dan ketepatan dalam evakuasi, bantuan, hingga pemulihan.
6. Pelaksanaan tugas kemanusiaan dengan empati dan profesionalisme.
7. Evaluasi berkala terhadap setiap kegiatan penanggulangan.
8. Penguatan koordinasi lintas instansi: TNI, BNPB, Basarnas, PMI, BMKG, pemerintah daerah, relawan, dan masyarakat.
"Delapan poin ini adalah amanah moral untuk melindungi setiap jiwa dari ancaman bencana,” tegas AKBP Komang Sarjana.
Dalam amanat Kapolri juga disampaikan pesan Presiden RI Prabowo Subianto yang diucapkan pada Sidang Kabinet Paripurna, 20 Oktober 2025:
“Kita diberi kekuasaan oleh rakyat untuk melindungi rakyat dari semua bahaya, termasuk ancaman badai dan bencana.”
Pesan tersebut menjadi pengingat bahwa tugas kemanusiaan adalah panggilan moral dan bentuk pengabdian tulus terhadap rakyat.
Apel kesiapan ini sekaligus menjadi momentum bagi Polres Lombok Timur dan seluruh stakeholder untuk memperkuat sistem deteksi dini, kesiapan logistik, jalur evakuasi, serta pelatihan penanggulangan terpadu.
Kapolres juga mengajak masyarakat berperan aktif menjaga lingkungan dan meningkatkan kesadaran terhadap risiko bencana.
“Kesiapsiagaan yang baik hari ini adalah penyelamat bagi ribuan nyawa esok hari,” ujarnya.
Apel kesiapan tanggap darurat bencana di Lombok Timur menjadi bukti nyata keseriusan aparat negara dalam menjamin keselamatan rakyat. Dengan berpedoman pada 8 Amanat Kapolri, seluruh elemen bangsa diharapkan memperkuat solidaritas, meningkatkan kapasitas tanggap darurat, dan memastikan negara selalu hadir ketika bencana melanda.
“Kesiapan yang terencana, respons yang cepat, dan sinergi yang kuat adalah kunci untuk menyelamatkan nyawa dan menjaga masa depan bangsa,” tutup Kapolres. (Z-008)

Comments0